Kata Serta Cerita, Dalam Rindu Yang Tersimpan.
Sosok
kamu yang saat ini sedang teramat aku rindukan keberadaannya. Sadarkah kamu
untuk rindu yang tak pernah bisa aku luapkan dalam bentuk yang nyata? Tiap kali
aku ingin ada sentuhanmu dihariku, untuk aku memulai hariku dengan cerahnya.
Walau aku sadar untuk setiap kenyataan yang seolah menamparku, bahwa
keinginanku untuk sosokmu di sebelahku saat ini sungguh sangat tidak mungkin.
Rindu
yang tersimpan selalu aku panjatkan dalam doa.
Rindu
yang tersimpan selalu menyimpan cerita saat kamu kembali pulang.
Rindu
yang tersimpan selalu memiliki tempatnya sendiri untukmu.
Rindu
yang tersimpan selalu membuatku dengan alami memikirkan keberadaanmu.
Rindu
yang tersimpan selalu mengetahui bagaimana cara menyampaikannya padamu.
Rindu
yang tersimpan selalu tak pernah mempunyai waktu untuk berhenti menginginkan
sosok nyatamu.
Keberadaanmu
yang saat ini sungguh nyata tak dapat aku jangkau dengan mata. Baik-baik
sajakah kamu disana? Rindu jugakah kamu akan keberadaanku disampingmu? Saling
bertukar cerita seperti saat kamu kembali pulang, lalu dilanjutkan dengan
pelukkan yang dampaknya begitu dahsyat untuk mengobati segala rindu yang
tersimpan. Kecupan di keningku yang selalu kau iringi dengan kata “Kamulah yang
akan menjadi masa depanku, tempat aku memberi kebahagiaan. Sekalipun aku akan
menikah, hanya kamu lah orang yang sungguh aku inginkan keberadaannya di
pelaminan.” Kamu. Ya, masih kamu dengan seluruh kesederhanaanmu. Kamu. Ya,
masih kamu yang selalu mempunyai caranya sendiri untuk selalu membuatku sadar
sampai detik ini pun cintamu dapat aku rasakan.
Terkadang..
Aku merindukan sosokmu yang dulu. Yang sungguh banyak waktu untuk menghabiskan
harimu bersamaku.
Terkadang
aku rindu kamu yang masih dengan egoisnya mennyayangiku dengan penuh rasa
cemburu. Entah mengapa aku merindukan hal yang dulu sungguh menggangguku.
Aku
rindu kamu yang tak pernah lupa untuk menelponku saat malam tiba, membahas
bagaimana satu hari ini selama beraktivitas. Kita selalu bertukar cerita.
Saat
aku sakit kau menjenguk, begitu juga sebaliknya. Ketika aku mengatakan rindu,
kau selalu tak ragu untuk datang menghampiri rumahku tanpa mengabari terlebih
dahulu.
Kamu
yang tidak pernah malu mengenalkan aku pada teman-temanmu. Saat ini memang kau
masih seperti itu. Tapi entah mengapa, aku kurang nyaman dengan yang saat ini
sedang terjadi alam duniamu. Mungkin aku hanya belum terbiasa. Ya, mungkin.
Dulu
kita tidak pernah kesulitan untuk menghabiskan waktu berdua. Tak ada jarak yang
begitu jauh menghalangi kita ketika ingin bertemu. Tak ada kesibukkan yang
teramat sangat ketika rindu yang menggebu sudah tak tertahankan dan ingin
segera bertemu. Tapi sekarang? Semua sudah berubah seiring berjalannya waktu.
Aku,
merindukan matamu yang tajam saat menatapku.
Aku,
merindukan rambutmu yang selalu dapat kusentuh dengan lembutnya.
Aku,
merindukan senyummu yang hanya sering diberikan untukku.
Aku,
merindukan suaramu yang selalu dapat menenangkan rindu di hatiku.
Terkadang
aku sendiri mempunyai pikiran, mengapa kita tidak dapat seperti pasangan yang
lainnya? Namun kucoba untuk mendewasakan cara berfikir. Memang tidak seharusnya
aku membandingkan kamu dengan yang lainnya. Kita dan mereka berbeda. Mereka
dengan caranya, kita dengan cara kita. Sebahagia apapun pasangan lain berusaha
untuk memperlihatkannya kepada banyak orang, aku dan kamu masih bisa bahagia
dengan cara yang sederhana. Dengan cara yang mungkin saja orang lain tidak
dapat rasakan dan lakukan. Saat ada pikiran seperti tiu, aku sungguh butuh
sosokmu yang nyata untuk memelukku dan meyakinkanku.
Tahukah
kamu? Sempat ada rasa sesal yang begitu mendalam saat aku merasa iri pada
pasangan yang lain. Yang selalu dapat menunjukkan betapa berharganya sang
perempuan dimata lelaki idamannya. Sempat ada pertengkaran yang menghambat kita
untuk saling melepas rindu. Aku masih sungguh tidak mengerti bagaimana bisa
kamu dengan tenangnya menghadapi itu. Namun dengan segala percekcokkan yang ada
dalam waktu yang sungguh singkat untuk memungkinkan kita agar menghabiskan
waktu sebaik mungkin, akhirnya aku memutuskan untuk mengakhirinya. Mungkin
dengan emosi yang memuncak dalam diriku, yang sungguh aku tidak dapat kontrol
lagi dengan baik rasa ego dan emosiku, aku mengatakannya padamu untuk
mengakhirinya. Maafkan aku yang terlalu mudah untuk mengatakan itu. Aku hanya
kebingungan bagaimana menyampaikannya kepadamu. Sempat aku berfikir, mungkin
karna kamu tahu aku sungguh menyukai kesederhaanmu dalam hal menyayangiku.
Lalu, semudah itu kamu menyepelekan perasaanku. Mungkin juga karna aku tidak
seperti “mereka” yang selalu menuntut lebih dari kekasihnya, selain
keberadaannya untuk melepas rindu yang tersimpan. Selain pelukkan yang selalu
menenangkan dan menjadi obat andalan untuk segala rindu yang tersimpan. Tapi
tidak. Ternyata tidak. Ternyata tidak seperti apa yang ada dalam benakku. Aku
seharusnya sungguh percaya kamu, bahwa kamu memiliki caranya sendiri. Untuk
membuktikkannya kepadaku.
Mungkin
aku terlalu rindu. Lama tak merasakan genggaman erat tanganmu yang selalu
menghiasi keraguanku. mengubahnya menjadi suatu kepercayaan. Aku hanya
merindukan sosokmu yang nyata.. Maafkanlah sifatku yang mungkin kurang dewasa.
Terima
kasih masih mau menahanku untuk tetap tinggal menghiasi harimu walau sangat
jarang waktu untuk kita bertemu. Terima kasih masih menginginkan aku berada di
sampingmu saat kamu memiliki waktu untuk pulang dan menggunakan waktumu sebaik
mungkin untuk mengobati rindu yang tersimpan. Terima kasih untuk MEMBUKTIKANNYA
kepadaku, bahwa tidak sedikitpun ada keinginanmu untuk melepaskan aku. Terima
kasih untuk keegoisanmu yang tidak mau peduli kata-kataku untuk mengakhiri apa
yang telah kita jalani selama ini. Terima kasih untuk segala usahamu.. Terima
kasih untuk akhirnya kamu selalu memelukku dalam keadaan apapun. Sekalipun kita
selalu dalam keadaan yang tidak baik ini. Pelukkanmu sungguhlah obat terampuh
untuk rasa rinduku yang tersimpan.
Aku
menuliskan ini dalam keadaan sangat amat merindukanmu. Sungguh ingin sosok
nyatamu ada di sampingku. Kamu yang tak pernah lupa untuk mendatangiku saat
kamu memiliki waktu yang tidak lama untuk pulang. Aku yang menantimu dengan
kecemasan yang mendalam, semoga kamu selalu dalam perlindunganNya disetiap hari
kamu beraktivitas. Dimanapun kamu melangkah, saat itulah rindu yang tersimpan
dariku mengikutimu. Disetiap kamu melangkah, saat itulah rindu yang tersimpan
lengkap dengan rasa cintaku membayangi jejakmu. Disetiap hembusan nafasmu,
saat itulah doaku dan keluargamu menyelimuti harimu. Saat kamu memejamkan mata,
saat itu pula rasa syukurku akan adanya kamu selalu aku panjatkan kepada
Tuhan. Terima kasih dengan keberadaanmu, yang selalu kau usahakan untuk
mengobati segala rindu yang tersimpan.
Aku,
yang selalu memastikan
bahwa
kamu selalu ada di hatiku. - MP
With love, MP♥
Comments
Post a Comment