Empat Tahun, sampai hari ini.
Kegundahan
hati yang terpaku dengan jari-jari yang tak dapat
dilawan lagi rasa hampanya. Tiada sosok yang nyata mengahangatkan raga yang
sepi.
Langkahku
masih dihentikan oleh kenangan yang ada di belakang. Masih teringat jelas dalam
bayang-bayang. Pendengaran ku masih begitu jelas mengingat suara yang tercipta
oleh suaramu. Bayangmu masih ingin lebih lama untuk duduk diam dalam pikiranku.
Hatiku sepertinya enggan untuk menginginkan orang lain menempatinya selain
kamu. Ragaku tak mampu berbohong, begitu rindu hangatnya pelukmu. Teringat pada
hari itu. Empat tahun yang lalu. Dua belas januari dua ribu sembilan.
Untuk
keempat kalinya aku melewati tanggal ini dengan sangat jelas. Ditemani oleh
banyaknya kenangan yang kita ciptakan sejak
tepat empat tahun yang lalu. Kamu,
dengan duniamu yang aku sungguh ketahui dengan jelas bagaimana
bentuknya. Dan kamu, yang selalu berusaha mencoba segigih mungkin untuk
mengenal, memahami aku lebih dalam karena kamu sulit untuk melihat serta
mengerti bagaimana aku bersama duniaku, lingkunganku, dan perasaanku. Aku jatuh
cinta padamu dengan kesederhaan yang kamu punya. Khayalan tingkat tinggi yang
kita ciptakan bersama, bermimpi untuk membangun kehidupan berdua dengan dunia
kita, hingga kulit kita mulai keriput secara bersama seiring berjalannya waktu
dan usia. Kamu yang mengucapkan janji padaku untuk memperlihatkan aku bagaimana
kamu dapat mengenakan seragam yang kamu sungguh inginkan, yang kamu cita-citakan
sejak kecil. Kamu yang aku miliki saat masih duduk di bangku sekolah. Kamu yang
teramat posesif, kamu yang inginnya hanya bersamaku sepanjang hari, yang tak
pernah malu dan sungkan memperkenalkan aku pada duniamu, teman-temanmu dan
dirimu sendiri. Hingga sampai saat ini, kamu sudah bukan kamu yang “dulu” lagi.
Yang sudah dapat mengenakan seragam itu. Seragam yang kau impikan sejak dahulu,
seragam yang kau cita-citakan saat kecil.
Empat
tahun yang lalu. Aku lalui dengan sungguh baik mengenal dirimu seutuhnya. Yang
mungkin tidak dapat diterima oleh orang lain, yang sungguh aneh mereka pikir
mengapa aku dapat bertahan terlalu lama bersamamu. Untuk mereka yang selalu
berusaha memisahkan kita, menganggap hubungan ini dengan sebelah mata,
meremehkan aku yang dianggap tak berguna, menelantarkan kamu dengan sungguh
tega, lalu memilih aku sebagai tempat kamu “kembali pulang”. Kamu yang sungguh
tidak ingin jika saat terbangun tak ada lagi pesan singkat dariku, yang sangat
tidak menginginkan untuk sadar bahwa sosok ku tak lagi ada untuk menghiasi
harimu, mengingatkanmu saat kamu melakukan hal yang salah, memberikan sedikit
koreksi dalam perbuatanmu yang membuat orang lain tak dapat menerimanya. Kamu.
Dan kesederhaanmu yang membuatku…………
Selalu jatuh cinta kepadamu.
Empat
tahun berlalu. Dan hati ini masih dihuni oleh kamu. Entah sudah berapa kali
kita sering mencoba untuk mengakhiri hubungan ini. Kamu mencari pengganti yang
lain untuk mengisi hatimu, aku membiarkan orang yang baru untuk singgah
dihatiku, kamu berusaha menemukan sosok lain yang sama sekali bukan aku, aku yang
selalu berusaha berdiri untuk tidak mengingat kita, kamu yang selalu
membandingkan “pengganti” aku dihatimu, aku yang pernah merasa mampu tanpa
kamu, sampai pada akhirnya kamu tetap gagal menemukan seseorang yang baru untuk
menempati ruang dihatimu selain aku. Serta aku yang akhirnya tetap menjatuhkan
hati padamu untuk kesekian kalinya. Entah sampai kapan akan seperti ini.
Kita hanya terus berharap dan berdoa agar tetap dapat menua bersama.
Empat
tahun berlalu. Kita berjalan berdua di atas perbedaan. Dalam satu tujuan, kita
memiliki cara yang berbeda untuk berbicara kepadaNya. Aku masih dengan
keyakinanku. Kamu masih dalam kepercayaanmu. Sejak empat tahun yang lalu hingga
saat ini. Tuhan kita sungguh luar biasa! Mungkin seharusnya bukan seperti ini
juga kita masih ingin terus bersama selamanya. Mempertahankan kepercayaan &
keyakinan masing-masing. Mungkinkah masih ada titik terang di ujung jalan yang
saat ini terlihat enggan mengizinkan kita sampai tujuan? Aku mencoba untuk
meredamkan hati yang sesekali terbakar oleh rasa khawatir untuk jalan yang kita
ambil. Selalu berdua dan bersama. Tapi kau sungguh tahu bahwa aku tak akan
meninggalkan Tuhan demi kamu, bukan? Apa pun keadaannya, risiko yang harus
kutanggung, sekali pun harus kehilanganmu walau aku sesungguhnya tak mau.. Aku
tidak akan meninggalkan DIA.
Empat
tahun berlalu.. Dan masih kamu yang memberi pelajaran berarti kepadaku satu
tahun yang sudah berlalu. Kemarin. Tepatnya pada bulan keempat ditahun kemarin.
Aku dan kamu memutuskan untuk kembali bersama dengan segala keadaan yang
mungkin sesungguhnya tak merestui. Tetapi kamu. Dengan segala cinta, keyakinan
dan bukti kesungguhanmu kepadaku, membuat hati ini kembali luluh. Dan menempatkan kamu kembali
menjadi juara. Juara yang mampu mendapatkan hatiku. Ya. Selalu kamu sejak empat
tahun yang lalu. Hari demi hari tlah dilalui bersama. Kamu mulai mengenal aku
yang baru bukan yang dulu. Aku yang perlahan dan pasti mulai memantapkan hati
dan siap menerima kamu kembali. Memang tak mudah untuk merajut kembali apa yang
telah lama tak terurus bersama. Tak dirawat saat sakit dihati ini melanda.
Ditinggalkan saja saat hati ini masih sangat tidak rapih dibiarkan. Sungguh ini
sulit diterima dan dibayangkan. Namun karna semakin hari semakin banyak yang
dapat dipelajari, kami saling mampu untuk introspeksi diri, hingga tibalah
saatnya dimana kami memutuskan untuk sama-sama kembali.
Empat
tahun berlalu. Sama sekali belum pernah aku merasakan pacaran jarak jauh.
Dengan komunikasi mau pun tidak, tak pernah terbayangkan olehku akan sanggup
atau sama sekali tidak untuk menjalani itu. Dan kamu. Memberikan lagi hal baru
padaku tahun lalu. Saat diterimanya kamu pada sebuah pendidikan polisi yang
terletak di Sukabumi. Sekolah Polisi Negara Lido. Kamu yang diharuskan untuk
mengikuti pendidikan di tempat itu selama 7 bulan lamanya, harus meninggalkan
aku untuk sementara waktu tanpa satu yang sungguh belum pernah aku rasakan saat
kita berjauhan.
Sekolah Polisi Negara Lido
Komunikasi.
Kita dipisahkan jarak dan diharuskan
untuk tidak berkomunikasi. Aku seperti dihantam kegelapan yang sama sekali
tidak menunjukkan sinar untuk aku menemukan jalan keluar. Aku ditekan semakin
dalam oleh rasa tak mampu untuk tetap
bersamamu. Seperti enggan memperlihatkan padamu kelemahanku tanpa kamu, tanpa
kata-kata yang meyakinkan aku bahwa aku mampu. Aku begitu sadar dengan teramat
sangat bahwa aku... Sungguh mencintaimu
dan tak mampu dihentikan oleh waktu.
Banyak
pesan kau tinggalkan. Menguatkan aku dengan selalu sabar, memintaku
untuk mendoakanmu agar disana dapat menjalankan rutinitas dengan lancar, tanpa
kau minta sungguh aku akan selalu mendoakanmu. Aku tak mampu berkata lebih
banyak lagi saat menjelang kepergianmu. Mulai selangkah lebih maju
untuk dekat pada cita-citamu. Aku bersyukur kepada Tuhan.
Segala kegagalanmu dimasalalu, kegigihanmu mengejar cita-cita serta usaha dan
doa yang tiada habisnya selalu kau ciptakan sepanjang waktu. Tuhan kita pun
menjawab segalanya. Kamu diharuskan pergi.. Aku masih disini dan masih tidak
mampu meluapkan ketidakinginnanku tuk membiarkanmu pergi.
Hari
terakhir, kamu diharuskan untuk pergi dan tidak dapat diundur lagi agar lebih lama di sampingku. Aku begitu bersyukur karena Tuhan masih
mengizinkan aku untuk berada disampingmu, mengantarmu sampai tidak terlihat
lagi oleh mata. Sentuhan lembut untuk terakhir kalinya sebelum kau pergi,
diiringi oleh tatapan yang begitu menusuk hati. Matamu seolah berbicara
"Aku masih ingin lebih lama lagi bersamamu. Jangan menangis dihadapanku
karna air mataku akan terjatuh juga membasahi wajah ini..." Namun kau
urungkan niat untuk mengatakan itu. Kau hanya berpesan "Jaga dirimu
baik-baik.. Aku harus berangkat
sekarang." Akhirnya kau pun pergi dengan langkah yang pasti. Aku berpaling setelah
kamu tak dapat terlihat lagi. Terima kasih untuk sesuatu yang baru ini. Aku menahan segala rindu yang menggebu. Air mata seakan
tak bosan untuk datang menghiasi wajahku. Selalu kamu, berdoa untukmu yang aku
lakukan dalam hariku. "Tuhan... Lindungi ia disetiap langkah dan hembusan
nafasnya.."
Hari
demi hari berlalu. Tanggal 12 yang sama dan bulan yang berbeda. Aku selalu
merayakannya sendiri. Dalam doa dan ingatanku. Aku tahu kau melakukan hal yang
sama. Di tempat yang berbeda kita saling mengirimkan doa. Di bawah kolong
langit yang sama namun dipisahkan oleh jarak. Untuk hubungan ini, semoga Tuhan
selalu merestui.. Untuk kesekian kalinya
aku melewati tanggal ini sendiri. Namun kali ini. Tepat pada 12 Januari 2013
Tuhan sepertinya sudah mengizinkan kita untuk bertemu pada tanggal ini. Diumur
keempat pada hubungan kita. Untuk segala yang tlah kita rajut bersama selama
ini. Kamu dan aku dipertemukan oleh tanggal dan bulan yang selalu dinantikan
setiap tahunnya. Terima kasih Tuhan.
With love, MP♥
Comments
Post a Comment