Telah Menjadi Doa.




Belum selesai langkah ini berlabuh pada halaman terakhir, namun prosesnya sudah lebih dari langkah-langkah hebat untuk menghantarku sampai setengah jalan. Bening harapan pernah menjadi doa sejak bertahun lalu. Terima kasih Tuhan, sebab yang telah menjadi list dalam doaku sejak dulu perlahan kau bukakan jalan. 


   Minggu pertama di bulan satu tahun ini sudah memberi kenangan nyata pahit yang menghantam pikiran juga rasaku. Betapa penuh sesal aku percaya pada ciptaan-Nya yang kuanggap baik. Tempat kubekerja penuh ketulusan palsu yang berparas mulia. Rupa mereka mengecohkan dunia. Seakan Tuhan ingin mempertontonkan padaku siapa yang layak dipersilahkan menerima percayaku juga yang tidak. Rasa kecewa dan malu dalam diriku menghampiri tanpa henti. Ingin kucabik raga ini hingga sakit itu hilang. Lalu pada akhirnya sesal berakhir pada teguran Tuhan melalui hari-hari kelamku. Suara-Nya memanggil supaya aku berbicara hanya pada Tuhan melalui doa. Terkapar lemah dengan segala kekurangan aku meminta Tuhan hadir dalam muramku. Setapak demi setapak aku bangkit berkat Kuasa-Nya. Meski lagi-lagi jatuh. Tapi Ia terus menopangku hingga mampu menelusuri banyak perkara hebat kala kumelepas langkah keluar dari tempat penuh tulus palsu. Barangkali memang tidak semua bajingan, tak sampai setengah dari merekalah yang mampu buatku menjalani susah pedih disana jadi sedikit ringan. Sisanya? Semangatku hadir dari hikmat Tuhan yang menguatkan diriku agar jangan sampai sama dengan jahatnya mereka. Lalu yang tersulit saat aku ingin membalas kejahatannya adalah dengan tidak akan pernah mengampuni mereka. Namun lagi-lagi Tuhan biacara melalui Firman-Nya. 

Matthew 18 : 21-22
(21) Then Peter came to Him and said, “Lord, how many times must I forgive my brother  who sins against me? As many as seven times?” (22) Jesus said to him, “Not seven times, I tell you, but seventy-seven times! "

Ayat yang memiliki nilai mendalam pada perjalanan kelamku perihal mengampuni. Ia membentuk agar aku mampu mengampuni secara terus menerus, berkelanjutan, berulang-ulang hingga berhadapan dengan kebiasaan. Sebab itu Ia menjelaskan "sampai tujuh puluh kali tujuh kali". Bukan berarti mengampuni hanya sampai 490 kali saja, tapi Ia menginginkan agar mengampuni itu kelak menjadi suatu kebiasaan. Hingga habis alibi tuk tidak mengampuni.

Comments

Popular posts from this blog

One of the best thing in 2012!

Lima Tahun Tanpa Kita.

Susah Bersama Tuhan