Awal Rindu.



.... perihal bahagia yang memang takkan tuntas, rasa yang berbalas namun terpaksa lepas. Perkara sosok yang absah namun hadir pada tempo yang salah. Pun mengenai kamu yang nyaris. Saling mencintai, nyaris kumiliki, 


   Saat mereka berdua telah saling memiliki tempat untuk kembali pulang, kasih sayang itu tumbuh pada temu yang hadir melalui pagar rumpang. Aku yang perempuan masih heran sendiri. Dari banyaknya rupa juga raga indah di luar sana, mengapa hanya pria itu yang diterima hatiku untuk bertegur sapa. Tanpa perkenalan lumrah yang mungkin bisa jadi awal baik pada suatu permulaan, cerita soal kita mengalir begitu saja tanpa pamrih bagaimana akhirnya.

   Dari jauh-jauh hari mungkin sebenarnya ingin sudah saling menyapa. Tapi belum saling tahu. Lalu Rabu senja di penghujung bulan sepuluh ada pesan pada akun instagram ku. "Boleh aku rindu?", katanya. Lalu aku tersipu malu. Dan sampai berminggu-minggu ke depan, komunikasi enggan menjauh.

   Ia pernah malu, ketika suatu malam akan mengutarakan perasaannya namun gagal sebab kawannya ikut menghampiri. Maaf katanya. Lalu ku tertawa. Sesungguhnya aku tak pernah mendalami jika akan  secepat itu. Bertemu seseorang yang tidak pernah aku duga-duga saat awal, lalu detik ini begitu ingin aku jaga selamanya. Kita saling mensyukuri pertemuan singkat indah meski tak ada akhir yang membawa kita untuk terus bersama. Tiap detik selalu jadi hal paling berharga saat temu diizinkan oleh semesta. Cara ia memandangku yang menciptakan perasaan bangga pada diriku sendiri. Kasih sayangnya memberi rasa pada kehidupanku yang sedang hambar. Lalu sentuhannya memberi ketenangan dalam hati yang sedang butuh kehadiran. Nikmatnya waktu-waktu singkat menimbulkan kata pergi yang enggan.


   Kita tahu, tak ada pinta untuk memiliki akhir hidup bersama saat cerita ini mulai entah dari halaman berapa. Aku tahu, kamu selalu menikmati tiap sentuhan yang hanya seberapa rela aku berikan. Dari manusia keras kepala yang tak terhitung di muka bumi, aku adalah satu dari mereka yang ringan angkat kaki perihal pergi. Tapi bersamamu, justru tiap hadir selalu menjadi angan juga ingin.

   Cinta kurang ajar ini mengharap ampun pada hati di kota kembang yang telah memiliki kamu hampir tiga tahun belakangan. Bukan, aku bukan bermaksud untuk menghancurkan ceritamu dengannya. Hanya saja hatiku terlalu lemah pada kasih yang kau sajikan. Kaulah rupa terindah yang pernah hadir pada seperempat abad usiaku. Sketsa dalam bentuk menggoda sebuah kesetiaan. Dapat kau genggam janjiku mulai pada saat kau membaca kalimat ini, "aku akan selalu menikmati juga  mensyukuri segenap suka duka atas kisah kita". Tidak pada saat berhadapan sukacita aku mengatakan ini. Justru di antara dua. Suka juga luka. Sebab harus menahan timbunan rindu pada jarak waktu yang masih tertata rapih karna ia tahu diri. Aku bukan yang pertama. 

   Aku tak merasa jatuh sebab padamu rasanya selalu baik. Mendekaplah. Aku akan setia memberimu memori pada rasa nyaman juga tenang, dalam peluk sosok yang kamu sayang. Rasa ini masih sama. Doa, rencana juga cita-citaku masih terus kusebut pada-Nya. Kamu salah satu yang tertera. Kini raga kita dipisahkan oleh beberapa Negara. Aku memang tiada paham isi pesanmu dengannya setiap malam sebelum tidur, tapi pasti pada haluan yang baik. Sama seperti asa yang aku punya.

Aku belum pernah benar-benar memiliki ia seutuhnya, tapi mengapa jika harus kehilangannya aku tak pernah mau?
Ia memang belum sempat menjadi milikku, dan celakanya aku sudah menyayangi dia sebesar itu.

   Dari tempatku berpijak, kubawa langkahku sampai pada tempat terujung meski hanya bisa menjadi zona singgahmu beberapa waktu. Jarak temu sudah semakin renggang. Berilah aku tanda jika suatu saat ingin kau sudahi cerita yang tak semestinya terjadi ini. Dengan diam dan hadirmu yang semakin jarang nanti, akan dengan sadar ku akhiri. Mungkin sekarang aku belum paham bagaimana caranya agar tidak serapuh ini ketika harus semakin jauh denganmu. Tengah tertentang tegas perbincangan kita yang pertama, pun masih terekam benar pelukan terakhir pertemuan kita Rabu malam itu di penghujung bulan sebelas, "Ngga mau pisah sama kamu..." rintihnyaTuhan, ampunilah aku bila ini memang salah. Teguhkanlah aku ya Tuhan jika Kau ingin aku melepaskannya. Dan apabila kelak kujumpa hidupnya diguncang hebat oleh dunia, sampai kering bibir indahnya karna menahan luka tuk bercerita.......... aku mohon Tuhan. Sungguh betul ampuni aku, karna sekali lagi aku minta izin-Mu tuk aku kembali paling tidak untuk memeluknya.


Kita adalah dua yang Tuhan sungguh sayang. Sebut saja beruntung. Sebab sejak awal kita memulai, sudah ada alasan kuat tuk tidak bersama. Telah saling memiliki tempat pulang dan berbeda keyakinan.




With Love, MP♥

Comments

Popular posts from this blog

One of the best thing in 2012!

Lima Tahun Tanpa Kita.

Susah Bersama Tuhan