Hiduplah Dengannya.


Sam Smith - How Will I Know 


Ketika puing-puing kenangan yang tersisa masih berputar, tinggal aku yang meratapi bekas jejak langkah kepergiannya. Mungkin sudah dua tahun kami sepakat berpisah, tujuh bulan terakhir benar-benar putus tanpa sepatah kata. Setelah sekian lama tak hadir pada hariku yang ceria, tiba-tiba malam itu angannya meraih ragaku lewat mimpi. Tak ada tanda sebelumnya mengapa ia datang begitu nyata melalui mimpi yang seperti angan. Kupikir takkan ada lagi temu dalam bentuk apapun. Namun bukan ternyata aku salah, karna kadang mimpi seperti tampak bercanda. Saat dimana mimpi itu bagai nyata yang ingin kusegerakan berakhir, tapi kulit di bawah jemariku lebih dulu menyentuh hangat tengkuk lehernya. Hangat. Gugup. Penuh kasih juga takut. Aku harus mendongak agak ke atas untuk meraih tatapan tajamnya yang masih gemar kupandang. Memang bukan bagian kesukaanku lagi setelah terakhir kita berpisah. Namun siapa sangka ternyata kehadirannya yang tak terduga mengundang senyum pada ujung bibirku..


Aku sedikit lupa ke arah mana mimpi itu melangkah. Namun yang pasti masih terasa hangat rangkulan tangannya yang mengundang rasa nyaman. Di balik keraguan bahwa ini harus lekas berakhir atau tidak, aku menikmati kehadirannya... Sedikit tawa entah membahas apa, yang terekam sampai kusadar dari mimpi hanya tatapan matanya yang menyimpan setumpuk rindu untukku. Jemarinya yang semakin dingin menyentuh bibirku dengan tatapan penuh khawatir. Bibirnya seolah menahan hebat pertanyaan yang segera ingin dilontarkan, “adakah setelah aku hidup dengan wanita baru selain kamu, bibir manis ini disentuh oleh lelaki lain?” juga “setelah bukan aku lagi yang memperjuangkanmu untuk jadi teman hidupku, sudah berapa banyak hati yang mencintaimu lebih baik dariku?” Ia terus melakukan tatapan tajamnya hingga aku rasanya ingin membuat waktu tetap berhenti pada saat itu. Lembut jemari tangannya merapihkan helai-helai rambutku yang berterbangan dihempas angin malam. Membuat suasana semakin hangat dan dada ini terasa panas karna terlalu rindu juga ragu. “Aku harus terus hidup dengannya, sayang...” katanya. “Aku mengerti. Karna takkan ada cinta sehebat milikku yang pernah kau terima, sayang.... Hiduplah dengannya, meski aku adalah pelajaran yang akan selalu mudah kau mengerti kehadiranya dan paling kau sulit pahami kepergianya. Terimalah itu sebagai hadiah terhebat dari Tuhan yang sempat kau miliki lebih dari setengah windu”.  Lalu ragaku seperti dipaksa bangun oleh detik-detik masa kini yang tak rela jika aku terlalu hanyut akan rindu lelakiku dimasa lalu. Pada kenyataannya, ia masih merindukan aku yang sampai kapanpun akan selalu menjadi hal terlarang dalam hidupnya untuk ditemui. Karena aku adalah pemberi kasih terbaik dalam hidupnya. Saat-saat buruk yang hanya warna hitam melengkapi harinya, aku pernah mencoba masuk dan tak sekedar melukis warna putih pada dinding hidupnya yang kelam. Aku menumpahkan banyak warna pada tiap harapannya yang pupus. Aku tak hanya memaksanya melompat pada tebing tinggi, tapi juga terjun bersamanya dimana pada dasar itu menyediakan sejuta harapan baru. Ia tak pernah sendiri ketika aku dan dia adalah kita. Kesatuan yang memiliki banyak beda. Aku terlalu jauh menuntunnya ke depan hingga kita lupa, bahwa ternyata.......ada yang tak mampu ditolerir dalam perbedaan kita.


Kini telah banyak hari-hari baru setelah kita akhirnya sungguh berpisah. Cintamu (mungkin) kini sudah hanya satu dalam sebuah ikatan. Namun kesendirianku dimasa kini bukan untuk meratapi kepergianmu yang sudah lama. Tapi untuk memperbaiki diri agar tak hanya baik di hadapan manusia, tapi juga Ia yang menciptakan aku dan dunia. Hiduplah dengannya, kau sendiri yang pernah bersumpah bahwa aku adalah pelajaran terbaik yang paling engkau sesali kepergianya. Aku adalah tujuan yang kau harap hilang, namun takkan pernah berlalu sampai sujudmu di tengah malam berlinang air mata. Hanya aku yang tertentang jelas saat kamu memejamkan mata, sedekat apapun kau dengannya. Dan selama kau masih mengenal namaku, kisahmu dengannya akan selalu terasa tawar.


With Love, MP♥

Comments

Popular posts from this blog

One of the best thing in 2012!

Lima Tahun Tanpa Kita.