Tangan Kanan Yang Kau Sembunyikan
#Playing -> Somebody's Heartbreak - Hunter Hayes
Canda
tawa yang tak terhitung sudah berapa jumlahnya, kitalah penciptanya. Sebuah hadir
yang tak terselip dalam doa, mengisi sebuah kekosongan yang rindu tentang
keberadaan. Pemberi warna tiap ruang kosong. Pemancing emosi pada sedikit
candaan yang terucap. Bukan yang paling istimewa, namun yang selalu ada.
Pria canggung yang tak pernah mau
menurunkan rasa gengsinya kepadaku, terima kasih pernah berani tuk menyapa. Kamu
pernah terasa nyata pada khayalan yang fana. Semangat melabuhkan jari-jari
membentuk kata dan saling memberi kabar di layar kaca iPhone. Berawal entah dari bait yang mana pertemanan ini terasa
tidak biasa. Jika memang hanya teman, mengapa aku disembunyikan?
Telah banyak cerita tanpa judul yang
kau bagi pada ruang-ruang telingaku sejak pagi hingga pagi lagi. Dipercaya kamu
untuk menjadi tempat bersandar saat “kehampaan” pernah berlabuh adalah
kegemaranku. Bagai tangan kanan dari dunia yang tidak nyata tapi kau percaya. Semakin
hari kita semakin dekat. Hingga aku sendiri tidak mengerti apakah pertemanan
rasanya memang seperti ini? Tapi jika memang hanya sebatas teman, mengapa aku
disembunyikan?
Hampir empat bulan menjadi tangan
kanan yang tak jarang kamu buat kesal, aku masih berusaha untuk tetap ada di
dekatmu agar tidak pergi dan menyesal. Tanpa terpaksa aku memang menyukai hal
yang biasa kita lakukan. Having someone
to call at night and just talk. Terima kasih pernah hampir setiap dua hari
sekali membagi cerita hidupmu padaku saat bulan mulai terlihat hingga matahari
mulai terbit. Tapi... Apakah jika memang hanya sebatas teman, rasanya seperti
lebih dekat dari pelupuk mata? Dan mengapa aku masih juga disembunyikan... Tahukah
kekasihmu bahwa kita sedekat ini?
Kita hanyalah sepasang teman yang
bagai titik kecil dari satu garis panjang entah sebuah kebenaran atau kesalahan
waktu dipertemukan. Ketika aku lambat laun menyadari ini bukan hanya sekedar pertemanan
yang sewajarnya, aku berusaha mencari Utara tuk memalingkan perasaan. Tapi kamu
datang dari selatan menghantam keinginan ku berpaling. Ketika aku melangkah ke sebelah Barat, dari bagian Timur kamu meniup kencang langkah kaki yang sempat
enggan bertahan lagi.
Aku mengerti, kamu memang tak sebaik
yang dipikirkan banyak orang. Namun kiranya aku bersyukur dipertemukan denganmu
yang selalu ingin memperbaiki diri. Menyenangkan saat bersamamu adalah ketika
aku dijadikan prioritas di antara sekian kegiatanmu. Bukan yang utama,
melainkan yang selalu kau ingat.
Tidak
tahu kapan tepat waktunya, ada beberapa rules
yang kau hancurkan sendiri. Maaf lagi-lagi terucap. Aku mencoba tuk percaya
lagi. Kesekian kali. Dan masih saja rasanya tak sama seperti semula. Lebih baik
kini kita saling berhenti dan berpaling untuk pergi. Kini kau harus memahami...
Setiap hati punya batas menunggunya sendiri. Ketika sudah menjejakkan kaki di ujung
jenuh, akan mundur tanpa disuruh dan mengalah tanpa diperintah.
Berkatmu,
aku menyentuh sebuah kebahagiaan dari pertemuan yang diakhiri perpisahan tanpa
perlu melambaikan tangan dari ”pertemanan”.
Mungkin suatu saat kehilangan mampu mempertegas arti kehadiran. Apakah butuh
pergi untuk sebuah peduli?
Mungkin
yang terlepas dari tangan kita adalah sesuatu yang terlalu erat digenggam, dan
apa yang hilang dari genggaman adalah kelelahan dari hancurnya sebuah
kepercayaan.
Untuk
kamu yang (mungkin) masih mampu menyimpan rindunya sendiri, terima kasih sudah
menyatakan bahwa mengenalku adalah salah satu hal yang kau syukuri. Aku pun
merasa (pernah) cukup bahagia sempat menjadi buku catatan harian yang kau torehkan
banyak cerita. Berbahagialah bersamanya disana, entah siapa lagi orang
selanjutnya.
Aku yang bagai tangan kanan tapi kau sembunyikan, mungkin sesekali akan melihat semua yang telah berlalu dan tersenyum sambil mengucap "kita pernah sebahagia itu melaluinya". Selamat
menyelesaikan proyek akhir, sayang..
With Love, MP♥
Comments
Post a Comment