Untuk Yang Pergi, Hadir dan Menetap.




Kepada tiap telinga yang sering kuajak bicara, terima kasih untuk tetap setia.
Mendengar segala bentuk cerita.

Kepada tiap pagi yang selalu ceria, terima kasih untuk selalu berlabuh dihariku.
Menghiasi awal pada hati yang pernah sendu.
Mungkin jika itu berbayar, aku tak memiliki apapun di dunia selain syukurku.

Hati ini pernah bersinggah pada suatu tempat yang tak kuharapkan.
Ia datang memberi harapan.
Namun hilang tanpa alasan.
Aku pernah mencari dia dengan tertatih mengais penjelasan.
Tapi ternyata ia lebih bahagia menghilang tanpa perlahan.

Tawanya masih terekam jelas dalam ingatan.
Kata rindunya padat seperti kiasan.
Getar degub jantungku masih cepat ketika namanya tereja dalam pendengaran.
Tak pernah kuduga bahwa paras polosnya acap kali mempermainkan perasaan.

Pernah aku tak berani untuk meminta Tuhan agar ia dijauhkan.
Karena ada dirinya dalam hariku seperti hembusan nafas yang tiap detiknya dibutuhkan.
Saat lama lidahnya tak  mengeja renyah namaku, hati ini merintih dan hancur bahai serpihan.
Karena sekalipun ia tak terlihat oleh kedua mataku, kehadirannya terasa membuka besar harapan.

Maaf untuk logika yang kiranya selalu kalah oleh keegoisan hati.
Entah ingin memeluknya ada kebutuhan atau sebuah ambisi.
Ketika aku ditinggalnya tanpa hal yang pasti, aku pernah meminta Tuhan agar ia tak kembali.
Pernah aku mampu tanpa sosoknya lebih dari tiga puluh hari. Namun sosoknya datang lagi..... 
Lagi........ Dan Lagi.

Langkahnya yang perlahan kembali terasa oleh luka hatiku yang hampir pulih.
Mungkin ia tahu bahwa hati ini masih mencarinya meski aku banyak diam dalam sedih.
Ia tahu aku merindukannya setengah mati. Maka tanpa sepatah katapun ia lagi-lagi pergi.
Dan sungguh kali ini aku berdoa kepada Tuhan agar ciptaan-Nya yang berharga itu tak akan pernah kembali saat hati ini sedang menyembuhkan luka yang tertinggal dan meraih bahagianya sendiri.



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Kini. Pulihnya hati yang masih setengah jalan mulai menerima sosoknya hilang ditelan semangatku untuk mampu bahagia tanpanya. Logikaku lebih keras berbisik dibanding hati yang mudah terayu oleh suara dimasa yang berlalu. Berhari-hari aku tertatih mengucap syukur kepada Tuhan akan kesendirian ini. Meski merindukan yang telah pergi tak dapat kupungkiri, Aku tetap mensyukurinya walau getir menghinggapi. Logikaku berbicara, "ketika aku bersikeras untuk mengharapkan yang telah pergi, sama saja aku mengabaikan kejutan Tuhan untuk aku nikmati. Bertemu ciptaan-Nya yang jauh lebih hebat. Untuk hadir membuka harapan yang pernah sirma, menjadi teman berbagi cerita, membawa pesan dariNya agar aku selalu ingat bahwa setiap luka pasti sembuh meskipun bekasnya masih ada. Bekas luka yang mengingatkan ketika dulu aku pernah jatuh hingga sakitnya butuh waktu untuk pulih. Tetapi aku pun sanggup untuk melewati. Karena akan selalu ada bahagia ketika kita berusaha bangkit dan mampu percaya. Akan ada pelipur lara dibalik besarnya kecewa.
 Seperti halnya kita harus jatuh dahulu untuk tahu rasanya sakit. Tergolek lemah di Rumah Sakit untuk tahu mahalnya menjaga kesehatan dan hancurnya sebuah percaya ketika janji dari lidah manusia lebih menjadi prioritas dibanding percaya pada janji-Nya meskipun membutuhkan waktu yang lama. Bersyukurlah. Karena tak ada sabar yang berakhir sia-sia"


Ketika malam pada bulan yang telah berlalu, Tuhan memberiku sesuatu. Aku dihadapkan pada sosok yang baru. Belum ada namanya dalam harianku. Hati yang mulai pulih untuk memupuk harapan baru, ditambahnya dengan kisah seru haru dalam jejak hidupnya yang berlalu. Tuhan mengizinkan ia untuk hadir pada rekam jejak hidupku. Sebuah awal yang mudah untuk dipertemukan. Hingga bercerita menjadi salah satu kebutuhan disela hari yang terus berjalan. Aku tahu ia pernah memaafkan hingga lagi-lagi berujung kecewa. Memberi yang terbaik walau harus berujung luka. Dan akhirnya bertemu dengan harapan baru yang mungkin saja Tuhan pertemukan dengan sengaja.

Kehadirannya menciptakan banyak kata dalam syukur di atas prosa.
Tidak menggebu seperti yang sebelumnya memang.
Tapi setidaknya ia belum sekalipun membuatku kecewa.
Ada syukur ketika alasannya khawatir adalah aku.
Rasa bangganya untuk mengenalku adalah pujian terindah di atas kejujuran.
Pada setiap spasi sebuah kabar, terselip simpulan senyum yang pernah sirna.
Keberadaannya kini mungkin masih terlalu awal untuk aku syukuri.
Namun kita tidak pernah tahu apa rencana Tuhan setelah ini.
Bila esok hari tak dapat lagi aku nikmati, satu yang harus ia ketahui..
Bahwa kehadirannya saat ini, adalah yang paling berarti.

Terima kasih untuk yang telah pergi. Luka itu mulai tak terasa lagi.
Terima kasih untuk yang menghilang. Ketiadaanmu membawaku pada harapan baru.
Terima kasih untuk mereka yang selalu menjadi pendengar setia pada luka yang pernah kupunya.
Terima kasih untuk kalian yang pernah singgah dan berusaha untuk memenangkan hati ini.
Terima kasih untuk mereka yang tidak kecewa karena aku memberi penolakkan. Karena aku tahu rasanya memiliki harapan yang dihancurkan, lebih baik diakhiri dan diteruskan dengan batas pertemanan.
Terima kasih untuk beberapa dari mereka yang berjiwa besar mendapat penolakkan dan ternyata masih disampingku untuk tetap merajut cerita sebagai teman dan tempat yang nyaman.
Terima kasih untuk yang hadir, menetap, dan menjadi tempat berbagi segala hal untuk diperbincangkan.

Dan terima kasih Tuhan, Kejutan dari-Mu selalu datang tepat pada waktunya dan tidak terduga-duga.
Syukurku yang tak mungkin dapat membayar segala Kasih-Mu tetap tertera lebih dari hembusan nafas dan derap langkahku. Kata syukur yang tertera pada layar dan yang terucap oleh lidah tak bertulangku ini tidak akan pernah sanggup membalas kebaikkan-Mu. Untuk segala sesuatu yang Kau perbuat di luar akal sehatku, aku selalu tahu itu yang terbaik dari yang terbaik, Tuhan.



 


 With Love, MP♥

Comments

Popular posts from this blog

One of the best thing in 2012!

Lima Tahun Tanpa Kita.

Hiduplah Dengannya.