Berdoa dan Percaya
Untuk sosok
laki-laki yang pernah hilang saat aku membutuhkan kasih sayangnya, ini semua kata hatiku, Ayah..
Aku tak ingat
sejak kapan ia mulai pergi meninggalkan rumah. Tak pernah aku temukan apa
alasannya. Ia yang kukenal begitu mencintai keluarganya termasuk aku, tak lagi
tinggal bersamaku dalam satu atap rumah yang sama. Entah mulai kapan aku
terbiasa dengan tidak adanya ayah dalam keluarga kecil ini, aku dan adikku mulai tidak
menanyakan keberadaannya. Aku mulai terbiasa untuk selalu kuat hidup dalam
keluarga yang kekurangan sosok laki-laki tangguh di dalam rumah,
ketidakberadaannya mulai menguatkan hatiku untuk tidak cemburu melihat orang
lain dapat merasakan pelukkan hangat dan ciuman manis dari seorang ayah. Aku bukan
tidak pernah merasakannya, tapi mungkin memang belum waktunya lagi aku, adikku
dan ibuku untuk merasakannya kembali. Aku hanya belum terbiasa untuk tetap
tenang saat melihat wanita tangguh yang melahirkan aku dan adikku selalu menangis
saat malam, dinginnya angin malam tanpa pelukkan seorang ayah yang dapat
menghangatkan tubuhnya. Aku mengerti, ibuku merindukan pujaan hati dan belahan
jiwanya yang sejak tahun 1992 meminta ibuku untuk menjadi pendamping hidup
hingga maut memisahkan. Aku tak bisa, aku merasa hancur melihat air mata yang
berlinang menghiasi wajahnya.. Aku tak dapat menahan rasa sakit yang begitu
dalam, melihat ibukku memendam rindu yang teramat sangat kepada ayahku..
Sempat aku
bertanya pada Tuhan dalam diamku yang hampir lenyap dalam gelapnya malam. Di depan
rumah aku duduk dan menatap langit yang kosong tanpa bintang-bintang.
“Tuhan, dimanakah ayah? Pernahkah ia rindu
pada kami yang selalu mendoakannya setiap malam? Oh Tuhan, beribu tanda Tanya dalam
hatiku.. Aku tak sanggup menjalani ini, tapi aku tak ingin berhenti untuk
selalu menyebut namanya dalam doaku dan perbicanganku denganMu.. Kuatkan kami
menjalani ini Tuhan…..”
Ibuku sejak lama
diam di belakangku dan mengintip dari balik dinginnya tembok dalam rumah kami. Ia
hafal aku selalu pergi ke depan rumah dan menatap langit pada saat malam hari
dan meneteskan air mata tanpa pernah aku ingin mengusapnya.
“Aku tahu ibu lemah, ibu berusaha menyembunyikan
rasa sakit dan kehancuran sampai saat ini. Aku sadar ibu memiliki kelemahan
dibalik raga yang tangguh. Segala perjuanganmu untuk menghidupi aku dan adik
tidak mudah bagimu bukan? Sampai kapan kita seperti ini bu?”
“Anakku, saat kau mulai merasa lelah
menghadapi semua yang terjadi dalam hidup ini. Coba kau tenangkan hatimu dan
mulai dengar saat kata hatimu berbicara : "Bersabarlah & lapangkan hatimu untuk dapat
menerima apapun yang terjadi dalam hidup ini, dan tetaplah melakukan sesuatu
agar yang kau inginkan kembali dalam hidupmu. Dengan cara apa? BERDOA &
tetap PERCAYA. Karna kebahagiaan selalu datang kepada mereka yang menangis
dalam doa, mereka yang disakiti hatinya tetapi selalu mampu untuk mengampuni,
mereka yang mencari jalan keluar untuk setiap permasalahan dan mereka yang berusaha
mencoba untuk selalu kuat. Karena hanya orang seperti itulah yang dapat menghargai
pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka. Seperti ayahmu..“
Dalam saat suka maupun duka, aku
selalu mengingat kata-kata itu. Dan aku percaya pada kata hatiku saat aku mulai
merasa lelah, aku akan BERDOA dan PERCAYA bahwa
kebahagiaan akan menjemput saat aku tetap terus berusaha.
website Bukune (http://www.bukune.com/)
Fan Page Facebook Bukune (http://www.facebook.com/bukunepenerbit)
Tumblr Bukune (http://bukune.tumblr.com/)
With love, MP♥
Comments
Post a Comment