Susah Bersama Tuhan


Pada bagian kosong di sudut ruang kamar, aku bagai partikel-partikel yang bergerak bebas dalam kehampaan. Seperti dipaksa untuk tetap tunduk pada kerasnya hidup. Bagai sengaja dibuat jauh dengan bahagia. Rasanya ingin berontak kepada takdir. Terjebak dalam hidup yang gelap bagai bernafas tanpa hasrat dan keinginan. Tampak buta seperti otak tanpa pengetahuan. Kesedihan ini lahir dari terpampang jelasnya hidup mewah yang dilapis ‘kebahagiaan’ orang-orang di sekelilingku. Mereka terlihat baik-baik saja tanpa harus menyisihkan waktu untuk berdoa. Aku yang tak pernah berhenti menyisihkan waktu kurang dari satu jam untuk berbincang dengan Tuhan, justru punya bertubi-tubi kesusahan. Namun ada hal yang tak diketahui oleh mereka makhluk pecinta kenikmatan duniawi. Firman Tuhan berbisik pada telingaku, bahwa kebahagiaan orang fasik adalah semu. Jika aku memperhatikan, maka tempat ia sudah tidak ada lagi. Tuhan bilang orang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah. Tangisku terus jatuh karena beratnya cobaan dalam hidup yang selalu ada. Namun semua terasa mudah saat kesusahan itu kulalui bersama-Nya. Pada perjalanan hidupku yang sulit, Tuhan memberi kekuatan dengan kata-kata “Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik. Sebab tangan Tuhan menopang orang-orang benar”. Tujuan hidup memang bukanlah bahagia dengan harta berlimpah di dunia. Bukan pula hanya fokus pada kesengan yang fana. Tapi salah satu tujuan hidup kita adalah takut kepada Allah dan menaati-Nya.

Sedih itu tak jarang menyapa hariku. Ketika manusia lain dapat berbahagia dengan dunia mereka, aku diingatkan kembali oleh roh kudus bahwa tujuan kehidupan ini, sebagaimana dirancang Allah ketika Ia menciptakan manusia pada mulanya, tujuan hidup manusia adalah mempermuliakan Allah dan hidup di dalam anugerahNya untuk selama-lamanya. Memuliakan Allah dengan menghormati juga menaati-Nya, memusatkan pandangan kita di surga kelak, dan mengenal Dia secara intim. Aku ingin menikmati anugerah Allah dengan mengikuti rancangan-Nya bagi kehidupanku, sehingga memampukan aku untuk mengalami sukacita yang benar dan yang abadi - kehidupan berlimpah yang Ia rencanakan bagi diriku. Bila diibaratkan dengan kalimat, jika aku tidak memiliki tujuan hidup yang jelas di dunia ini sama saja seperti seseorang yang berlari dalam kegelapan di tengah hutan, tanpa arah yang jelas dan kemungkinan terbesar akan terdampar di tempat yang tidak diharapkan. Lebih baik aku berjalan dalam kesusahan bersama Tuhan dari pada harus tertawa di atas kemewahan tanpa mengenal-Nya. Sebab menyenangkan hati Tuhan adalah inginku. Dipelihara-Nya aku dalam setiap detik yang berlalu. Saat malam berganti pagi, kasih-Nya selalu baru. Ia terlalu sempurna untuk menyayangiku.

Tuhan dengan lantang mengingatkan aku bahwa kiranya kasih dan setia itu tidak meninggalkan aku. Ia memintaku untuk mengalungkannya dan menuliskannya pada loh hatiku. Maka dari itu aku akan mendapatkan kasih dan penghargaan dalam pandangan Tuhan Allah serta manusia. Tuhan ingin aku agar percaya kepada-Nya dengan segenap hatiku dan melarangku untuk percaya pada pengertianku sendiri. Aku harus mengakui Dia dalam segala tingkah lakuku, maka Ia sendiri yang akan meluruskan jalanku. Kiranya aku memuliakan nama Tuhan dengan hartaku dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanku, maka lumbung-lumbungku akan diisi penuh oleh-Nya sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanku akan meluap lengkap dengan air buah anggurnya. Tuhan tidak ingin aku menolak didikan-Nya sebab Ia memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. Dalam sadarku Tuhan berkata “Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksaan itu menjauh dari matamu dan peliharalah itu, maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu, dan perhiasan bagi lehermu. Janganlah takut kepada kekejutan yang tiba-tiba atau kepada kebinasaan orang fasik, bila itu datang. Karena Tuhanlah yang akan menjadi sandaranmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat” (Amsal 3).

Berjalan bersama Tuhan berarti memikul salib. Yang berarti menderita karena taat kepada Kristus. Hidup Kristiani ialah hidup yang melayani dengan berkorban. Tidak hidup untuk diri sendiri juga berani untuk menolak dengan berkata “tidak” pada diri sendiri dan mengatakan “ya” kepada Allah. Dengan jelas kita dapat melihat betapa Yesus dengan penuh kesadaran dan ketaatan menjalani hidup seperti memikul salib. Walau penuh penderitaan dan penghinaan, Ia mendapat kemuliaan Allah melalui kebangkitan-Nya. Dalam ketaatan-Nya ia meraih kemenangan dan hidup yang sejati. Kelak aku akan berbahagia sebab hikmat dari Tuhan turun atasku. Keuntungan itu melebihi keuntungan perak dan hasilnya melebihi emas. Lebih berharga dari pada permata; apapun yang kuinginkan tidak dapat menyamainya. Di sebelah kanan ada panjang umur serta di sisi kiri ada kekayaan juga kehormatan. Kini sedih dan pilu yang melanda mudah pergi dalam ingatanku. Sebab tak ada yang lebih berharga dalam hidup ini selain berjalan bersama-Nya dalam kesusahan dari pada bermegah tanpa mengenal nama-Nya.


Dear my Jesus.. Thank You for never give up on me. Thank You for  Your love, thank You for being my rock and foundation. You are my one and only.




 With Love, MP♥

 

Comments

Popular posts from this blog

One of the best thing in 2012!

Lima Tahun Tanpa Kita.

Hiduplah Dengannya.